MENELISIK KESENIAN


Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa: dengan contoh-contoh untuk tesis dan disertasi
Pengarang : R.M. Soedarsono
Penerbit : MSPI dan Artiline
Cetakan : I, Agustus 1999
Tebal : xiv, 209 halaman
Seni pertunjukan sebagai disiplin yang masih muda, seperti halnya ilmu-ilmu humaniora yang lain, selalu mengalami nasib yang sama dalam menggunakan metode penelitiannya. Mengalami kelemahan metodelogi. Padalah seni pertunjukan dalam kehidupan manusia sedah sangat tua usianya serta memiliki fungsi yang bermacam-macam. ia bisa berfungsi sebgai ritual kesuburan, memperingati daur hidup sejak kelahiran manusia samapi mati, mengusir wabah penyakit, melindungi masyarakat dari berbagai ancaman bahaya, sebagai hiburan pribadi, sebagai presentasi estetis, media propaganda, penggugah solidaritas sosial, pembangunan integritas sosial, pengikat solidaristas nasional, dan lain sebagainya.
Kadang kita merasa canggung mendengar istilah ‘morfologi tari’, ‘fonologi tari’, ‘frase dalam musik’ dan masih banyak lagi. Bahkan sebagai ilmu ada cabang seni pertunjukan yang perkembangannya lebih belakangan dari cabang seni pertunjukan yang lain. Misalnya tari baru merupakan sebuah disiplin setelah etnomusikologi melaju lebih dahulu. Etnomusikologi pun baru mampu berdiri sebagai sebuah disiplin setelah mendapat bantuan dari antropologi. Hal ini tidak berarti seni pertunjukan tidak bisa diteliti. Penelitian bisa dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif bergantung dari maksud penelitian yang diadakan.
Mengingat permasalahan diatas penelitian seni pertunjukan bisa memakai pendekatan dari berbagai aspek disiplin ilmu, seperti pendekatan ilmu komunikasi antropologis, sosiologis, linguistik dan filologis, arkeologis, musikologis, etnomusikologis, historis, semiotik, phisologis, metalurgis. Buku ini banyak menampilkan contoh-contoh penelitian seni pertunjukan yang menggunakan pendekatan multi disiplin, bahkan ada pula yang inter disiplin. Selain itu masih ada lagi pendekatan perbandingan yang dalam analisisnya juga menggunakan pendekatan multi disiplin. Metode perbandingan bisa dilakukan karena dalam melacak perkembangan suatu bentuk seni pertunjukan pada suatu masa tidak ada cukup data untuk melakukan interpretasi. Bila di suatu tempat terjadi proses akulturasi dan pengaruh mempengaruhi pada masa lampau maka bisa menggunakan metode ex post facto. Metode yang menekankan pada hubungan korelasional ini juga mengaitkan adanya hubungan sebab-akibat antara produk budaya yang satu dengan yang lainnya.
Metode ini bisa diterapkan untuk merekontruksi bentuk pertunjukan wayang wong pada masa Jawa Timur terutama masa Majapahit. Perbandingan dapat dilakukan antara relif-relief yang terekam pada candi-candi di Jawa Timur seperti Candi Panataran, candi Jago dengan pertunjukan wayang wong Ramayana dan wayang wong Parwa Budi yang masih dipertunjukan dewasa ini. Bahkan bisa ditambahkan dengan membandingkan data yang terekam pada relief candi itu dengan boneka-boneka wayang kulit Bali misalnya.
Seni pertunjukan dapat dianalisa secara tekstual dan kontekstual atau gabungan keduanya. Sedangkan sumber-sumber data penelitian dapat digali dari sumber-sumber tertulis, sumber lisan, artefak peninggalan sejarah dan rekaman. Pada bagian akhir (bab enam) diberikan pula teknik penulisan laporan penelitian, etika menggunakan sumber, cara megutip, teknik menulis kepustakaan, catatan bawah dan singkatan. Dan terakhir bab disampaikan contoh metode penelitian Seni Rupa. Karena seni rupa memiliki perbedaan dengan Seni Pertunjukan, seni pertunjukan memerlukan dimensi ruang dan waktu, sedang seni rupa hanya memerlukan dimensi ruang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengulik simbolik dan historis wayang

Ayo Sowan Simbah

Asmaragama